Dipagi hari yang cerah, dimana matahari mulai memancarkan panasnya,
seorang ibu yang tengah hamil besar duduk seorang diteras rumahnya, ditemani
alunan musik klasik yang lembut. Sembari menikmati hangatnya mentari, dia
melihat anak-anak kecil yang berlarian bersama teman-temannya, pikirannya
menerawang, akan menjadi apakah anakku kelak? akan menjadi seperti apakah dia? Seperti
apa sifatnya? Apa ya hobby nya? Tangan nya mengelus mesra sang buah hati dalam
perutnya. Dia sangat sadar bahwa sebentar lagi dia akan menjadi seorang ibu. Dia
akan bertanggung jawab akan kehidupan anaknya. Dia akan mencetak generasi
penerus bangsa. Lalu kembali dia berpikir, dan berhipotesis bahwa perlakuannya
terhadap anaknya kelak lah yang akan membentuk diri si anak, orang tua atau
keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak, hampir
lebih dari 90% kepribadian seorang anak terbentuk dari dalam keluarga.
Jika benarlah hipotesis si calon ibu tersebut, maka apakah yang harus kulakukan?
Pikirnya keras. Menjadi orang tua seperti apa yang mampu membawa seorang anak
menjadi pribadi yang sesuai dalam khayalannya, anak yang mencintai dan takut
kepada Tuhannya, anak yang menghormati orang tuanya, anak yang berprestasi di
sekolahnya, anak yang pandai bersosialisasi dengan temannya.
Setiap orang tua memiliki harapan dan cita-cita tinggi untuk anaknya,
keinginan hatinya hanyalah keinginan mulia bagi si buah hatinya. Maka, dia
bertekad untuk memberikan sebuah pendidikan yang baik bagi anaknya, pendidikan
yang mengantarkan si anak pada mimpinya. Mimpi merupakan sebuah penyemangat
diri, pembakar semangat dan penyulut kekuatan. Mimpi yang dimiliki seorang anak
seharusnya dijaga dan diarahkan kepada sebuah jalan yang mengantarnya kepada
sang mimpi.
Maka, si ibu menetapkan dirinya menjadi orang tua yang tidak egois, dia menyadarkan
dirinya bahwa setiap manusia berbeda dan memiliki potensi yang berbeda-beda
pula. Dia tidak ingin menyetir kehidupan
sang anak, namun juga tidak serta-merta membebaskan anak sebebas-bebasnya. Orang
tua seharusnya paham, atau mau memahami si anak, apa kegemarannya, dimana
minatnya, dan apa saja yang merupakan bakatnya. dari pengetahuan-pengetahuan
tersebut, akan lebih baik lagi jika orang tua turut serta mengarahkan si anak
kepada jalan yang mendekati mimpi-mimpinya, sekalipun harapan dan rancangan
orang tua begitu hebat, orang tua tidak berhak mengikis mimpi seorang anak.
Orang tua bukanlah pemilik dari seorang anak, karena anak adalah titipan
indah yang diberikan padanya, bukan dengan menduplikasi cita-cita orang tualah
seorang anak dibentuk, namun menjadi jalan meraih mimpi lah orang tua
seharusnya hadir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar